Monday, June 11, 2007

kritik Positivisme (Bahan kuliah / epistemologi)

ok
Dengan Asma-Nya yang maha Indah

Mustahilnya Positivisme

doktrin empirisme dan positivisme bersandar pada beberapa proposisi dasar berikut ini.

I. pengalaman inderawi adalah sumber pertama pengetahuan manusia, dan tidak ada pengetahuan rasional apa pun yang mendahului pengalaman.

2. pengalaman inderawi adalah asas satu-satunya untuk menegaskan (men-tashdiq, to assent) kebenaran suatu proposisi.

dalam bentuk eKStrimnya, suatu proposisi dianggap mempunyai makna jika ia dapat ditasdik secara empirik)

3.suatu prosisi, jika mungkin mencapai pengalaman inderawi yang memberi petunjuk tentan;nya, meskipun kita tidak memiliki pengalaman seperti itu, mempunyai arti dan perlu dibahas_

jjelas proposisi-proposisi ini mustahil Buktinya? Terlalu banyak. Tapi di sini akan diberikan beberapa bukti yang cukup simpel.

pertama, karena dalam pengamatan pengalaman apa pun, mau tidak mau kita mesti menerima prinsip non-kontradiksi terlebih dahulu, sehingga kita bisa mengidentifikasi bahwa A-A, dan A bukanlah bukan A. Tanpa menerima prinsip ini terlebih dahulu, - yang'jelas merupakan prinsip niscaya rasional tak terindera-, tidak_m__u_ng_kin mengidentifikasi semua pengalaman indera, sehingga semua pengalaman indera kehilangan maknanya.

kedua; pengalaman inderawi kehilangan seluruh makna obyektifnya tanpa menerima terlebih dahulu prinsip kausalitas. Apa yang diterima mata adalah image / bayangan, bukan benda yang dilihatnya sebagai dirinya sendiri. Prinsip kausalitaslah yang memberikan suatu relasi antara image dengan benda sebenarnya, bahwa image adalah suatu akibat yang disebabkan oleh benda yang dilihat.' Tanpa menerima prinsip kausalitas, - yang jelas merupakan prinsip niscaya rasional tak terindera-, seluruh penangkapan image indera kita tidak memestikan apa pun tentang apa yang diindera !

ketiga, bahkan pengalaman inderawi saja tidak mampu mentahkik (membenarkan, menegaskan) adanya matter. Karena seperti yang dikatakan tadi, tanpa prinsip kausalitas, hasil pengalaman indera tak lain hanya kesan-kesan subyektif yang tidak menunjukkan adanya apa pun yang diindera.

keempat, dan bagaimana mungkin pengalaman inderawi membuktikan kesalahan inheren pada penginderaan dengan dirinya sendiri ? Apa beda oase fata morgana dengan oase sejati bagi indera penglihatan kita? Bagaimana mungkin sesuatu yang mungkin salah mem-benar-kan (men-tashdiq) kebenaran dirinya sendiri?

kelima, sehingga bagaimana mungkin semua eksperimen dilakukan? Jika keberadaan mated saja tidak mampu ditahkik dan kesalahan inheren tak bisa teratasi.

keenam,. dan bahkan bukankah semua proposisi yang dinyatakanptersebut tidak dapat diindera ? Sehingga jika mereka termasuk pengetahuan primer (sumber pengetahuan), maka karena proposi pertama mempersyaratkan keter-indera-an sumber-sumber pengetahuan, jelas menurut dirinya sendiri seluruh proposisi ini bukan pengetahuan primer. Atau pun, jika mereka rnerupakan suatuu penge!ahuan yang perlu di-tashdiq, proposisi kedua meniadakan kemungkinan untuk men-tashdiq ketiga proposisi ini. Dan, mari kita persilahkan para positivis menjelaskan kemungkinan membenarkan untuk melakukan suatu eksperimen untuk menguji kebenaran ketiga proposis'aini berdasarkan proposisi ketiga?

ada satu pertanyaan yang penting, mungkin. Kenapa mereka terjebak ke dalam pemikiran se-naif itu? Suatu analisa historis pra­renaissance membuat saya, -yang bodoh dan hina ini-, memberanikan diri untuk membuat satu hipotesis sederhana. pemahaman dogmatis keagamaan Eropa pra-Renaissance yang menekan akal manusia dan kemanusiaan membuat akal manusia mencari kemerdekaan dirinya pada zaman Renaissance dengan semangat anti-agama, sebagaimana sebelumnya 'agama' telah menegaskan otoritasnya yang mutlak dan memojokkan 'akal'. Dan ini adalah akar dari sekularisme I

wallahu a'lam

No comments: